Tiramissu

 

“Kupikir, karena semua orang berhak memiliki masa lalu apapun itu jenisnya, karena aku sendiri juga memiliki masa lalu. Jadi aku mencoba menerima dan –“ dia menarik napas agar apa yang akan dikatakannya tetap terdengar jelas.

“ya, mungkin memang aku yang bodoh mengambil keputusan untuk mempercayai laki-laki macam dia,” lanjutnya.

“Sejak kapan kamu mengetahui ini?”

“Sekitar empat bulan yang lalu,”

“Sakit sekali, ya?” tidak perlu ditanya, rasanya ia hanya ingin diseret mundur ke belakang dengan cepat. Kemudian menjadi butiran angin yang tak pernah laki-laki itu lihat lalu menghilang. Ya, jika saja bisa, aku hanya ingin menghilang dan tidak pernah lagi bertemu dengan rasa sakit semacam ini.

“Yah, apa untungnya menjalin hubungan dengan lelaki pembohong… sakit sekali,” suaranya tersendat, berlomba dengan air mata yang berusaha ditahannya.

“Menangis saja, enggak papa,” kemudian dia berpindah ke shofa di seberang meja, menarik bahu perempuan itu ke pelukannya, isaknya pelan tapi terdengar menyakitkan.

Hujan masih mengguyur atap kedai yang beraroma latte itu ketika matahari perlahan turun di langit barat, yang tentu saja tertutup mendung. Bulan Mei masih saja basah dengan hujan, musim memang seperti ini, seolah gampang didiskusikan dan diprediksi, tapi cuaca selalu punya rahasia yang tidak bisa dicampuri tangan. Sama halnya ketika membahas perasaan, tidak seperti menebak-nebak seperti halnya cuaca. Sayup suara Nadin Amizah melantunkan lagu Bertaut mengalun tenang di ruangan dengan pengunjung yang tidak terlalu ramai. Posisi meja yang dipilih mereka berdua memang tepat, di lantai dua menghadap jendela kaca besar yang membuat mereka secara bebas melihat hujan di luar, juga menyembuyikan kesedihan dari pengunjung kedai yang lain. Kita memang terbiasa secara sengaja menyembunyikan kesedihan, bahkan saat kehilangan, seolah tidak diberi kesempatan mengakui kelemahan saat ditinggalkan.

“Nggak papa, kamu yang ikhlas ya, semua manusia pasti akan pergi,” iya, seseorang selalu tahu bahwa manusia satu persatu akan meninggalkan dunia. Tapi kesedihan apa tidak bisa dimaklumi dan diberi waktu? Sedangkan kebahagiaan selalu mendapat tempat pengakuan bahkan bisa memaksa dengan berpura-pura. Hei, tidak adil sekali! Berduka juga perlu diberi ruang.

Sama halnya dengan yang perempuan itu rasakan, terus mengabaikan rasa sakit dan tidak mengakuinya justru membuatnya semakin terpuruk dan lama untuk benar-benar selesai dengan rasa tidak nyamannya. Kebohongan tidak selucu itu seharusnya untuk sengaja dilakukan kepada orang yang menaruh kepercayaan. Baginya, ini benar-benar proses pendewasaan yang paling menyakitkan. Lelaki itu sudah resmi melamarnya dua bulan yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya, satu minggu setelah kepergian sang Ibu untuk selamanya. Duka kehilangan Ibu belum juga sepenuhnya bisa ia terima, kini lelaki yang dipujanya dengan tega membelah kepercayaannya. Berani-beraninya semesta bercanda sedemikian menyakitkannya tehadapku.

Awalnya ia yakin bahwa laki-laki itu akan berubah jika ada dirinya di sisinya. Dia berpikir bahwa ia adalah perempuan yang sudah cukup dijadikan alasan untuk meninggalkan dunia yang tidak seharusnya ditinggali oleh lelaki itu. Dia sangat yakin jika sejak cincin itu tersematkan di jari satu sama lain, penghianatan mustahil akan ada. Dia percaya, bahwa sepeninggal sang Ibu, lelaki itulah yang akan menjadi tempat pulang paling aman. Nyatanya takdir seolah masih ingin bermain-main, seperti merasa dibodohi.

“Apa yang diinginkan hatimu?” dia bertanya lagi, usapan telapak tangannya tak juga berhenti di bahu perempuan itu. Tapi perempuan yang masih lemas dalam dekapannya menggeleng lemah, bukan itu jawaban yang diharapkan. Lagipula apa jawaban yang bisa diharapkan dari situasi perasaan dan pikiran yang sangat sulit untuk diraba apa maunya? Sambil  menepuk-nepuk bahunya, dia mengatakan bahwa itu tidak  apa-apa. Tidak semua perasaan dan keinginan harus segera dipahami. Seperti seseorang, perasaan juga butuh perkenalan untuk terbiasa menjadi dekat dan mengakuinya.

 

Tbc.

Siapa sosok yang menjadi pendengar dan memeluknya erat itu?

Penghianatan apa yang dilakukan oleh tunangannya?

Harus memilih keputusan apa dia? Berhenti atau melanjutkan pertunangannya?

Bagian mana yang menunjukkan bahwa ini tiramisu?

Rumit.

Komentar