Pertolongan Allah



Kadang ternyata ia dekat.
Mungkin kita sudah berlari jauh kedepan untuk mencapai sesuatu yang kita ingini. Kerja keras dengan kesungguhan. Kerja ikhlas dengan hati yang seutuhnya. Kerja cerdas dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki, harta, tenaga, juga waktu.
Tapi ternyata kita mendapati apa yang kita cari selama ini tidak jauh dari tempat kita berdiri saat memulai untuk berlari. Ternyata yang kita inginkan justru ada di dekat kita sendiri. Atau mungkin ada dalam diri kita tanpa perlu mengejarnya kemanapun. Tanpa perlu bersusah payah membuang keringat juga air mata. Kita hanya perlu duduk sebentar kemudian merenung.
Sederhananya, seperti air yang didapatkan Siti Hajar untuk si kecil Ismail yang sedang kehausan. Ia berlari mengelilingi bukit Shofa dan Marwah yang kering dan tandus sebanyak tujuh kali. Berlari-lari kecil juga berjalan pelan sembari menggendong Ismail. Maha baiknya Allah, ternyata air yang dicari Siti Hajar keluar dari tempatnya ia  duduk di tempat sebelum ia mulai berlari, di dekat kaki Ismail kecil.
Bukankah sedikit lucu jika kita tidak meyakini ? Itulah skenario Allah. Dengan segala kekuasaanya Dia bisa menjadikan apa saja semudah “Kun”, maka jadilah.
Dari kisah Siti Hajar yang sangat luar biasa hingga diabadikan dalam salah satu ritual Umrah dan Haji, yaitu Sa’i. Kita bisa belajar bahwa kesungguhan akan mengantarkan kita pada sesuatu yang bernama pencapaian. Seperti kata mutiara yang telah bergaung hampir di setiap telinga dan bibir manusia, “Man Jadda Wa Jada”. Bahwa buah ketekunan dan kesabaran akan tumbuh menjadi lebat yang siap kita panen. Seperti pepatah “Man Shobaro Zhofiiro”. Dan yang tak boleh kita lupa adalah, dengan Maha Kasihnya Allah, bahwa pertolongan Allah itu dekat. Dekat dengan hati yang selalu bertaut kepada-Nya. Dekat dengan jiwa yang yakin seutuhnya akan segala rencana-Nya. Dekat dengan raga yang selalu berbuat atas dasar cinta kepada-Nya.
            Pertolongan Allah itu dekat,
Dekat dengan hamba yang selalu bersyukur. Dekat dengan hati yang selalu tunduk bermuhasabah. Dekat dengan lisan yang selalu basah dengan dzikrullah. Dekat dengan akal yang selalu patuh untuk berbaik sangka dan sadar, bahwa akal manusia itu terbatas.
Lalu, sia-siakah langkah kita yang telah kita mulai ? tenaga yang kita gunakan untuk berlari ? tetesan demi tetesan keringat juga air mata yang telah terbuang ?
Tidak ada yang sia-sia selagi kita meniatkannya untuk beribadah kepada  Allah, tidak ada yang terbuang percuma saat kita melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Allah akan tetap memberikan balasan terhadap apapun yang kita lakukan. Seperti yang terabadikan dalam catatan yang mulia, Al-qur’an. Surat ke-99 ayat 7-8, bahwa perbuatan sekecil biji zarrah pun akan ada balasannya.
Kita perlu duduk sebentar, merenungkan semuanya. Meletakkan semuanya, meneliti kembali. Bahwa pencapaian yang tidak dapat dibeli itu berada di dalam hati, ketenangan. Bahwa kebahagiaan yang berarti itu tidak mampu di uangkan, kelapangan dada. Itulah yang selalu menjadi bagian terpenting, bagian utama sebelum kita menempuh segala yang kita upayakan, Allah.
.
.
Jawa Timur, Penutup bulan pembuka
31 Januari 2019

Komentar

Posting Komentar