Terima kasih 2020

Di tahun ini saya (dan mungkin kita semua) belajar banyak hal.

Bagi saya, tentang cinta dan cita-cita. Tentang harapan dan kehilangan. Tentang perjalanan dan penerimaan. Tentang kehadiran dan penantian. Tentang kebersamaan dan kepergian. Tentang luka dan kesembuhan. 

Dan tentang banyak hal yang membuat saya bertumbuh menjadi 'saya yang hari ini'. 

Walaupun ada harapan dan impian yang belum terselesaikan, meskipun ada resolusi yang terpaksa harus ditulis ulang. Tidak apa. 

2020 menyadarkan saya bahwa hidup tidak begitu-begitu saja. Perjuangan tidak melulu tentang kalah atau menang, tapi tentang bertahan walau tidak jadi pemenang.

2020 memahamkan saya, bahwa luka dan kesedihan tidak hanya hadir dalam hidup beberapa orang saja. Tapi semua orang (pernah) mengalaminya. Kesembuhan tak hanya untuk mereka yang bahagia saja, tapi semua orang berhak sembuh dan bahagia.

2020 memberitahu saya, bahwa tidak semua yang nampak utuh itu tak pernah rapuh. Ada cita-cita sungguh yang membuat mereka menjadi tangguh.

2020 menciptakan sebuah cerita khusus dalam hati saya yang entah apa saya menamainya.

2020 memberitahu saya, bahwa semua perayaan kehilangan tak pernah memberitahu untuk mempersiapkan kekuatan. Kehilangan dan perpisahan datang menjadi kejutan yang entah bagaimana mendefinisikannya.

2020 membawa saya semakin akrab dengan diri sendiri, dan mengerti tentang siapa dan bagaimana saya. Waktu-waktu menegangkan saat siang, dan menyesakkan saat larut, sering membawa saya pada situasi berdialog dengan diri sendiri.

Tak jarang memaksa kuat padahal raga meminta rehat. Tak jarang pula memaksa tertawa padahal tangis meronta-ronta ingin didengarkan. Tapi tak apa.

Saya mengerti bahwa perasaan itu tidak hanya singgah untuk saya. Tapi di luar sana, 2020 memberitahu, bahwa di luar sana masih ada milyaran manusia yang menangis diam-diam. Tidak hanya saya.

Tidak hanya saya. Di separuh 2020 mungkin saya telah melambungkan ekspektasi tentang hari-hari yang kembali utuh, malam-malam yang tidak lagi muram. Tapi kita berjumpa dengan angka yang baru dengan kemuraman yang belum terkikis. 

Tak apa.

Ekspektasi yang entah ke berapa telah saya susun rapi dalam buku agenda, tapi lagi-lagi kenyataan membuat ekspektasi saya tertunda terlaksana, bahkan terhapus dari rencana-rencana. Tidak apa, tidak hanya saya.

2020 menampar saya dengan beberapa kegagalan, namun pencapaian menyayangi diri sendiri adalah keberhasilan yang tak terukur nilainya.

2020 memeluk saya dengan beberapa kebahagiaan. Entah bersama-sama atau sendirian. Di 2020, Tuhan mengabulkan doa saya yang tak terhitung berapa.

Dan di 2020 menegaskan sebuah kalimat yang pernah saya dengar, bahwa langit tak pernah mengatakan bahwa ia tinggi, malam tak pernah menjelaskan bahwa ia gelap. Dan saya tidak perlu mendefinisikan 'aku' kepada seorangpun setelah ini.

Setelah ini, memang masih banyak harapan yang saya ucap terus menerus. Masih banyak doa yang saya mohon berkali-kali lagi. Walau hampir bosan, tapi saya percaya, Tuhan mendengar doa dan permohonan saya.

Sekali lagi, terima kasih kepada yang telah datang meski akhirnya pulang. Terima kasih kepada yang sudah menjadi pelajaran dan kenangan. Terima kasih kepada luka dan tawa, yang membawa saya brtumbuh walau tidak banyak. Terima kasih, dan maaf saya tidak bisa memberi sebanyak yang kamu berikan untuk saya. 

Dan terima kasih, untuk saya. Sudah kuat, sudah mendengar segala luka dan keluh kesah, sudah mampu bertahan sejauh ini.


- Ya Tuhan, aku masih punya satu harapan yang akan aku pinta selamanya.

Komentar