Senja Februari di Banyuwangi


Aku menatap mega merah yang memamerkan kemegahannya
Kerlap kerlip lampu dermaga dengan pongah menunjukkan kilaunya
Deburan syahdu yang menghantam dinding semen seolah membawa kabar berita
Kapal besar kemudian membawaku melepas dermaga

Lambaian para pengantar juga teriakan anak-anak nelayan
Seolah membangunkanku dari rindu yang telah mati
Desakan orang-orang di pintu pelabuhan
Seperti mengingatkanku tentang langkah lari seseorang

Lenguhan panjang menandakan aku harus benar-benar segera meninggalkan pelabuhan
Membelah samudera dengan sayap kerinduan
Semburat sinar mercusuar mulai memudar dari pandangan
Ah aku benar-benar pergi

Sayup-sayup panggilan sembahyang kudengar dari seberang
Sementara di depan sana, malam telah bersiap mengungkung senja dari goresan jingganya
Aku sengaja berdiri di sudut kapal ini
Berpegangan pagar besi dengan tegap menatap luasnya lautan
ini benar membawaku pergi

Setelah kutunaikan panggilan Rabb-ku tadi di atas kapal yang tenang ini
Beberapa kali aku mengecek ponselku
Berharap namamu tertera di layar utama
Ah lagi-lagi tentangmu

Satu jam, satu jam perjalanan dengan sesak yang bergeleyar
Aku berharap banyak, tenangnya air asin ini menenggelamkan rinduku yang tiba-tiba mengelana di kepala
Memecah rinduku menjadi kepingan-kepingan kemudian menyebarnya ke seluruh buih
Hingga gelombang memebawanya ke bibir pantai yang jauh dari jangkauku

Ah semoga saja, setelah kupijakkan kaki di anak tangga pertama menuruni kapal ini
Namamu benar-benar lenyap dari hati
Rinduku benar-benar musnah
Dan bayangmu, semoga benar-benar pergi dari pelupuk mata
Seiring perjalanan pergiku meninggalkan pelabuhan yang menyambutku
Akhirnya, aku telah sampai di pelabuhan kedua

Komentar