Puisi
Candu
Kemudian hanya hening yang kurasakan
Tanpa kata, hanya sepi yang kukenali
Tanpa warna, gelap yang tak sempat memperkenalkan diri
Bahkan tanpa diksi atau pun prosa yang mendayu merdu
Bak titik-titik air yang turun bergantian, hujan
Tentang peristiwa yang berkelebat dipandangan
Berkedip secara perlahan ?
Yang sebenarnya diri sendiri menjadikan
Jalan pilihan
Seperti kabut yang datang tiap fajar
Dingin, menyesakkan
Canda pun tutur lembut kembali berputar
Menjadi candu dalam tiap getar
Candu ?
Adalah yang membungkamku ?
Hingga lenyap semua aksara ?
Ya, namamu yang terus mengisi bait debar rinduku
Kemudian, ku ikhlaskan merelakan
Ku ikhlaskan melepaskan
Mengangkasa, bersama mimpi yang kuceritakan
Mengabadi bersama awan ?
Lalu bersamanya hujan turun kembali ?
Jawabnya, rinduku tak akan usai
Ya, dia.
Kekasih-Mu
~18 Jul. 2017
Kemudian hanya hening yang kurasakan
Tanpa kata, hanya sepi yang kukenali
Tanpa warna, gelap yang tak sempat memperkenalkan diri
Bahkan tanpa diksi atau pun prosa yang mendayu merdu
Bak titik-titik air yang turun bergantian, hujan
Tentang peristiwa yang berkelebat dipandangan
Berkedip secara perlahan ?
Yang sebenarnya diri sendiri menjadikan
Jalan pilihan
Seperti kabut yang datang tiap fajar
Dingin, menyesakkan
Canda pun tutur lembut kembali berputar
Menjadi candu dalam tiap getar
Candu ?
Adalah yang membungkamku ?
Hingga lenyap semua aksara ?
Ya, namamu yang terus mengisi bait debar rinduku
Kemudian, ku ikhlaskan merelakan
Ku ikhlaskan melepaskan
Mengangkasa, bersama mimpi yang kuceritakan
Mengabadi bersama awan ?
Lalu bersamanya hujan turun kembali ?
Jawabnya, rinduku tak akan usai
Ya, dia.
Kekasih-Mu
~18 Jul. 2017
Komentar
Posting Komentar